Ia pun mulai melacur dari kelas-kelas bawah sampai hotel-hotel mewah dengan lelaki yang punya banyak uang.
Baca juga : Ibu Susi Pudjiastuti Menuai Kontroversial Lagi di Twitter, Ini Rangkuman Kejadiannya
Menurut Dewi Widyawati - seorang penulis di Portal Mojok, inilah alasan kenapa novel mungil dengan gambar wanita yang tertunduk tak berdaya.
Pertama, karena isi dari buku itu benar-benar memposisikan seorang perempuan yang hanya sebagai pemuas hawa nafsu laki-laki
Entah itu yang masih dalam lingkup keluarga, teman kerja, ataupun orang yang memang niatnya hanya mencari kepuasan seksual.
Kedua, novel ini mengisahkan bahwa seorang perempuan adalah makhluk yang tidak berdaya. Ia dituntut dan dipaksa untuk selalu mengiyakan semua perkataan laki-laki.
Novel Perempuan di Titik Nol, hanyalah satu dari sekian banyak karya Nawal El Sadaawi yang sama-sama memiliki rasa dan semangat untuk berjuang demi keadilan perempuan dan HAM.
Nawal El Saadawi memang sudah tiada. Tentu ini menjadi duka bagi kita yang tengah berjuang di jalan yang sama.
Namun, semangat juang beliau yang masih dapat terus dikobarkan melalui buku-bukunya, menjadi alasan untuk kita tetap menyalakan api bahwa tidak ada manusia kelas kedua.
Tidak ada manusia yang berhak untuk menindas manusia lainnya.
Editor : Saridal MaijarSumber : 11912