"Kalau orang berhalusinasi menjadi warga sendiri, menjadi seorang jenderal dan lain-lain, ya itu halusinasilah.
Tapi kalau sudah dibawa ke ruang publik, bisa repot,"tuturnya.Menurutnya, fenomena fantasi kerajaan fiktif ini terus terjadi, karena banyak faktor yang bisa melatarbelakangi masalahnya.
"Jadi belum tentu soal etnisitas loh. Ini bisa ada kaitannya dengan faktor ekonomi, faktor politik, dan bisa banyak faktornya,"
ungkapnya.
Sosiolog dari UGM Arie Sujito juga ikut menganggapi hal ini, yang aneh-aneh itu tidak perlu dibesar-besarkan sebab Indonesia perlu berkonsentrasi menghadapi COVID-19.
Editor : Saridal MaijarSumber : 16156